Penyebab 65% Startup Gagal
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan Noam Wasserman, seorang associate Professor di Harvard Business School menyatakan bahwa sebanyak 65% startup berpotensi besar mengalami kegagalan karena perselisihan antara founders. Hal ini sangat disayangkan karena mayoritas bisnis didirikan bukan oleh satu orang/ pihak melainkan lebih dari satu orang/ pihak. Apalagi apabila bisnis tersebut didirikan dalam bentuk perseroan terbatas, karena berdasarkan Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mengatur bahwa sebuah perseroan terbatas wajib didirikan oleh minimum 2 (dua) orang atau pihak.
Pendirian bisnis oleh 2 pihak tersebut memiliki banyak manfaat, misalnya para pendiri bisnis (“Founders”) dapat saling membagi kemampuan dan pengetahuan yag dimiliki oleh Para Pihak untuk menjalankan bisnis mereka. Selain itu, mereka juga dapat menyatukan kemampuan finansial demi kelancaran dari bisnis tersebut. Namun kerjasama dengan co-founder bisnis juga merupakan pedang bermata dua karena para Founders dapat memiliki visi yang berbeda, atau memiliki ide yang berbeda, atau bahkan memiliki rancangan yang berbeda yang sering kali dapat menimbulkan perselisihan antara Founders.
Bahkan, perselisihan antara Founders dapat membuat bisnis tersebut hancur dan tutup bahkan lebih parah lagi dapat menimbulkan kerugian yang besar bagi seluruh pihak. Dan dengan riset yang dilakukan oleh Noam Wasserman di atas jelas menunjukkan bahwa perselisihan antara Founders itu sangat sering terjadi dan 65% startup gagal karenanya.
Pendirian bisnis oleh 2 pihak tersebut memiliki banyak manfaat, misalnya para pendiri bisnis (“Founders”) dapat saling membagi kemampuan dan pengetahuan yag dimiliki oleh Para Pihak untuk menjalankan bisnis mereka. Selain itu, mereka juga dapat menyatukan kemampuan finansial demi kelancaran dari bisnis tersebut. Namun kerjasama dengan co-founder bisnis juga merupakan pedang bermata dua karena para Founders dapat memiliki visi yang berbeda, atau memiliki ide yang berbeda, atau bahkan memiliki rancangan yang berbeda yang sering kali dapat menimbulkan perselisihan antara Founders.
Bahkan, perselisihan antara Founders dapat membuat bisnis tersebut hancur dan tutup bahkan lebih parah lagi dapat menimbulkan kerugian yang besar bagi seluruh pihak. Dan dengan riset yang dilakukan oleh Noam Wasserman di atas jelas menunjukkan bahwa perselisihan antara Founders itu sangat sering terjadi dan 65% startup gagal karenanya.
Bahwa, berdasarkan hal tersebut di atas, cara terbaik untuk menghindari perselisihan antara pendiri perusahaan/ bisnis adalah dengan membuat perjanjian antara pendiri bisnis (“Founders Agreement”). Founders Agreement pada dasarnya merupakan sebuah perjanjian antara para pendiri perusahaan/ bisnis yang isinya mengatur mengenai peran dan tanggung jawab para pendiri, kontribusi modal, dll yang mengatur jalannya bisnis tersebut. Dengan adanya Founders Agreement, maka perselisihan antara pendiri bisnis menjadi terhindari dan keuntungan bisnis dapat menjadi maksimal. Klasusula Di Dalam Founders Agreement Merujuk kepada hal tersebut, berikut adalah beberapa ketentuan yang sebaiknya dimasukkan dan dibuat di dalam Founders Agreement:
Tujuan, Visi dan Misi Perusahaan/ Bisnis.
Salah satu kesalahan yang sering terjadi dalam kerjasama para Founders adalah perbedaan tujuan, visi dan misi bisnis yang mereka dirikan. Apabila tujuan dari bisnis sudah tidak sejalan sejak awal, maka bisnis tidak akan berjalan dengan baik karena setiap Founders akan menarik bisnis sesuai dengan tujuan mereka masing-masing dan pada akhirnya bisnis tersebut akan pecah. Untuk itu, di dalam Founders Agreement, para Founders harus memasukkan tujuan dari bisnis didirikan, atau visi misi perusahaan agar para Founders memiliki kesatuan tujuan dan pemikiran di dalam menjalankan bisnis yang bersangkutan.
Peran dan Tanggung Jawab Setiap Founders.
Kesalahan yang sering dilakukan di dalam bisnis startup adalah tidak adanya pembagian yang jelas mengenai peran dan tanggung jawab setiap Founders yang mengakibatkan terjadinya tumpang tindih kewenangan dalam menjalankan bisnis. Selain itu, ada juga startup yang melakukan pengambilan keputusan secara bersama-sama tanpa adanya kesepakatan untuk menunjuk satu orang sebagai pembuat keputusan tertinggi yang menyebabkan ketidakefektifitasan di dalam pengambilan keputusan. Bukan hanya itu, apabila tidak ada pengaturan tentang peran dan tanggung jawab setiap Founders maka akan timbul percekcokan antara Founders untuk setiap hal karena semua Founders ingin didengarkan dan diikuti keinginannya. Untuk itu, demi menghindari permasalahan antara Founders, sudah seharusnya dicantumkan klausula tentang Peran dan Tanggungjawab setiap Founders di dalam Founders Agreement.
Kontribusi Modal Bisnis.
Modal adalah salah satu hal penting yang menopang sebuah bisnis. Tanpa modal, maka sebuah bisnis tidak dapat berjalan. Untuk itu penting untuk dicantumkan di dalam Founders Agreement berapa banyak modal yang dibutuhkan oleh bisnis tersebut dan berapa banyak kontribusi dari masing-masing Founders. Banyaknya kontribusi modal dari setiap Founders akan menentukan besaran presentase kepemilikan saham setiap Founders. Perlu diketahui bahwa menurut hukum, tidak semua modal bisnis berupa dana atau uang, namun bisa juga berbentuk barang modal, seperti tanah atau kantor atau mobil atau barang-barang modal lainnya. Untuk itu, seluruh kontribusi modal dari Founders sebaiknya dicatat dan dimasukkan ke dalam Founders Agreement.
Pembagian Keuntungan.
Pembagian keuntungan bisnis/ perusahaan adalah suatu hal yang paling penting untuk dimasukkan ke dalam Founders Agreement. Biasanya, pembagian keuntungan akan diberikan secara pro-rata sesuai dengan besar kontribusi modal yang diberikan oleh setiap Founders. Hal ini juga yang akan menentukan siapa yang berhak untuk memiliki hak suara paling banyak untuk menentukan kebijakan bisnis kedepan. Selain itu di dalam Founders Agreement juga sebaiknya diatur mengenai kapan keuntungan itu dapat dibagi.
Founder Keluar Dari Bisnis.
Salah satu hal yang perlu diatur di dalam Founders Agreement adalah klausul mengenai keluarnya Founder dari Bisnis/ Perusahaan. Mengenai hal ini dapat diatur mengenai persyaratan Founder jika ingin keluar dari bisnis dan persyaratan tambahan, misalnya Founder yang keluar dari perusahaan tidak boleh membawa serta klien/ customer perusahaan, atau Founder yang keluar tidak boleh membuka bisnis sejenis yang akan bersaing dengan perusahaan saat ini, dll.
Tujuan, Visi dan Misi Perusahaan/ Bisnis.
Salah satu kesalahan yang sering terjadi dalam kerjasama para Founders adalah perbedaan tujuan, visi dan misi bisnis yang mereka dirikan. Apabila tujuan dari bisnis sudah tidak sejalan sejak awal, maka bisnis tidak akan berjalan dengan baik karena setiap Founders akan menarik bisnis sesuai dengan tujuan mereka masing-masing dan pada akhirnya bisnis tersebut akan pecah. Untuk itu, di dalam Founders Agreement, para Founders harus memasukkan tujuan dari bisnis didirikan, atau visi misi perusahaan agar para Founders memiliki kesatuan tujuan dan pemikiran di dalam menjalankan bisnis yang bersangkutan.
Peran dan Tanggung Jawab Setiap Founders.
Kesalahan yang sering dilakukan di dalam bisnis startup adalah tidak adanya pembagian yang jelas mengenai peran dan tanggung jawab setiap Founders yang mengakibatkan terjadinya tumpang tindih kewenangan dalam menjalankan bisnis. Selain itu, ada juga startup yang melakukan pengambilan keputusan secara bersama-sama tanpa adanya kesepakatan untuk menunjuk satu orang sebagai pembuat keputusan tertinggi yang menyebabkan ketidakefektifitasan di dalam pengambilan keputusan. Bukan hanya itu, apabila tidak ada pengaturan tentang peran dan tanggung jawab setiap Founders maka akan timbul percekcokan antara Founders untuk setiap hal karena semua Founders ingin didengarkan dan diikuti keinginannya. Untuk itu, demi menghindari permasalahan antara Founders, sudah seharusnya dicantumkan klausula tentang Peran dan Tanggungjawab setiap Founders di dalam Founders Agreement.
Kontribusi Modal Bisnis.
Modal adalah salah satu hal penting yang menopang sebuah bisnis. Tanpa modal, maka sebuah bisnis tidak dapat berjalan. Untuk itu penting untuk dicantumkan di dalam Founders Agreement berapa banyak modal yang dibutuhkan oleh bisnis tersebut dan berapa banyak kontribusi dari masing-masing Founders. Banyaknya kontribusi modal dari setiap Founders akan menentukan besaran presentase kepemilikan saham setiap Founders. Perlu diketahui bahwa menurut hukum, tidak semua modal bisnis berupa dana atau uang, namun bisa juga berbentuk barang modal, seperti tanah atau kantor atau mobil atau barang-barang modal lainnya. Untuk itu, seluruh kontribusi modal dari Founders sebaiknya dicatat dan dimasukkan ke dalam Founders Agreement.
Pembagian Keuntungan.
Pembagian keuntungan bisnis/ perusahaan adalah suatu hal yang paling penting untuk dimasukkan ke dalam Founders Agreement. Biasanya, pembagian keuntungan akan diberikan secara pro-rata sesuai dengan besar kontribusi modal yang diberikan oleh setiap Founders. Hal ini juga yang akan menentukan siapa yang berhak untuk memiliki hak suara paling banyak untuk menentukan kebijakan bisnis kedepan. Selain itu di dalam Founders Agreement juga sebaiknya diatur mengenai kapan keuntungan itu dapat dibagi.
Founder Keluar Dari Bisnis.
Salah satu hal yang perlu diatur di dalam Founders Agreement adalah klausul mengenai keluarnya Founder dari Bisnis/ Perusahaan. Mengenai hal ini dapat diatur mengenai persyaratan Founder jika ingin keluar dari bisnis dan persyaratan tambahan, misalnya Founder yang keluar dari perusahaan tidak boleh membawa serta klien/ customer perusahaan, atau Founder yang keluar tidak boleh membuka bisnis sejenis yang akan bersaing dengan perusahaan saat ini, dll.